Kunjungan mahasiswa Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon ke Keraton Kasepuhan merupakan bagian dari kegiatan mata kuliah “Cirebon Studies”. Keraton Kasepuhan merupakan keraton yang terletak di kelurahan Kasepuhan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Selama kunjungan kegiatan kami ditemani oleh Pak Satu selaku pemandu, beliau menjelaskan bahwa Keraton Kasepuhan adalah bangunan yang dahulu bernama keraton Pakungwatiyang pernah menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon. Dijelaskan bahwa luas wilayah Keraton Kasepuhan mencapai 25 hektar, yang terdiri dari lima lingkungan utama dalam Kompleks Keraton Kasepuhan, yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Alun-alun Keraton Kasepuhan/alun-alun Sangkala Buana, Pasar Gede Kasepuhan, kompleks bangunan Kesultanan Kasepuhan Cirebon, dan Kawasan Keputren atau Kolam Keluarga Kerajaan.
Pak Satu menjelaskan bahwa diarea pintu masuk tepatnya di dalam kompleks Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsi tersendiri. 1. Mande Malang Semirang, bangunan utama yang terletak di tengah dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini merupakan tempat sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat pelaksanaan hukuman. 2. Mande Pendawa Lima, bangunan di sebelah kiri bangunan utama dengan jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan ini tempat para pengawal pribadi sultan. 3. Mande Semar Tinandu, bangunan di sebelah kanan bangunan utama dengan 2 buah tiang yang melambangkan sua kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat Sultan/Penghulu. 4. Mande Pengiring, bangunan di belakang bangunan utama yang merupakan tempat para pengiring Sultan dan 5. Mande Karasemen, bangunan disebelah mande pangiring, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini hanya dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha.
Didalam area keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan bersejarah, Pak Satu menjelaskan bahwa yang menjadi salah satu mahakarya (masterpiece) dari koleksi dimuseum adalah Kereta Singa Barong merupakan kereta kencana yang memiliki filosofi berbelalai gajah yang melambangkan persahabatan kasultanan Cirebon dengan India, belalai gajah pada kereta tersebut memegang sebuah senjata trisula yang berarti tiga ketajaman, yaitu cipta, rasa dan karsa. sedangkan berkepala naga melambangkan persahabatan dengan Tiongkok, serta bersayap dan berbadan buroq melambangkan persahabatan dengan Mesir.
Dengan kunjungan tersebut diharapkan mahasiswa Ilmu Falak mampu mengerti serta memahami mengenai sejarah, peninggalan serta kebudayaan yang ada di Cirebon khususnya di Keraton Kasepuhan, yang merupakan bagian dari upaya pelestarian kebudayaan di Kota Cirebon.